Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Tampilkan postingan dengan label olahraga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label olahraga. Tampilkan semua postingan

PROGRAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF BAGI ANAK PENYANDANG TUNA RUNGU

 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Jasmani Khusus didefinisikan sebagai satu sistem penyampaian pelayanan yang komprehensif yang dirancang untuk mengidentifikasi, dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor . Pelayanan tersebut mencakup penilaian, program pendidikan individual (PPI), pengajaran bersifat pengembangan dan / atau yang disarankan, konseling dan koordinasi dari sumber atau layanan yang terkait untuk memberikan pengalaman pendidikan jasmani yang optimal kepada semua anak dan pemuda.
Pelayanan ini dapat diberikan oleh spesialis dalam pendidikan jasmani khusus atau oleh seorang guru Pendidikan Jasmani yang telah memperoleh latihan khusus untuk melaksanakan berbagai macam tugas .
Secara singkat dapat dikatakan bahwa pendidikan jasmani khusus adalah satu bagian khusus adalah satu bagian khusus dalam pendidikan jasmani yang dikembangkan untuk menyediakan program bagi individu dengan kebutuhan khusus.
Selain itu diketahui pula bahwa tujuan pendidikan jasmani bagi yang berkelainan adalah untuk membantu mereka mencapai pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial yang sepadan dengan potensi mereka melalui program aktivitas pendidikan jasmani biasa dan khusus yang dirancang dengan hati-hati. Maka dari itu disusunlah makalah ini untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai anak-anak berpendengaran Terbatas.
B. Rumusan Masalah
  1. Apakah Definisi dari Tuli dan Mendengar Keras?
  2. Bagaimana Karakteristik anak-anak Berkelaian Pendengaran?
  3. Bagaimana Strategi Intruksional untuk Pengajaran?
  4. Apa saja aktivitas yang disarankan dan dilarang untuk Pengajaran pada anak-anak berpendengaran Terbatas?
C. Kemampuan Umum Anak Tuna Rungu
Anak penyandang tuna rungu pada dasarnya tidak terlalu memiliki karakteristik dan kemampuan umum yang berbeda dengan anak-anak normal yang lainnya. Kemampuan umum anak tuna rungu dalam pendidikan jasmani dan olahraga hampir sama dengan kemampuan anak-anak normal, hanya saja pada anak tuna rungu agak terganggu dan terhalang jika aktivitas tersebut menggunakan suara-suara sebagai aba-abanya. Terlebih lagi pada anak yang tuli yang sama sekali sulit untuk dapat mendengar suara sebagai aba-aba, akan terhalang dalam aktivitas dan kemampuannya.
D. Ciri-Ciri Anak Berkelainan Pendengaran
a. Psikomotor
  1. Menurut definisi, peserta didik pendengarannya terbatas atau hampir kehilangan pendengaran. Hanya sedikit sekali yang tuli total.
  2. Yang berpendengaran terbatas cenderung mendapat infeksi telinga.
  3. Sejumlah peserta didik berpendengaran terbatas menderita dering yang terus menerus dalam telinga.
  4. Kehilangan kemampuan mendengar meniadakan umpan balik berlatar belakang auditorial (berkaitan dengan pendengaran)yang akan mempengaruhi kemampuan yang berkaitan dengan ruang dan gerak.
  5. Peserta berpendengaran terbatas cenderung memiliki sikap badan yang kurang baik.
  6. Kadangkala, peserta didik akan memperlihatkan gerak tanpa tujuan.
  7. Beberapa individu berpendengaran terbatas berjalan dengan menyeret kaki. Masalah ini berkaitan dengan ketidakmampuan mendengar gerak dan merasa aman bila selalu ada kontak dengan tanah.
  8. Perkembangan gerak dari peserta didik berpendengaran terbatas terbelakang kira-kira 1,5 tahun dari yang normal.
  9. Peserta didik berpendengaran terbatas kenyataannya kurang bugar daripada yang normal, karena mereka cenderung duduk .Mereka menggunakan energi psikis dan jasmani untuk perjuangan berkomunikasi sehari-hari
  10. Keseimbangan (statis dan dinamis) dan kelincahan biasanya kurang pada peserta didik berpendengaran terbatas dengan komplikasi telinga di dalam.
b. Kognitif
  1. Kebanyakan peserta didik berpendengaran terbatas berintelegent normal dalam prestasi sekolah disebabkan masalah komunikasi. Kemampuan memahami abstrak biasanya terpengaruh.
  2. Kekurangan dalam berkomunikasi merupakan tantangan terbesar dari peserta didik yang berpendengaran terbatas.
  3. Kemampuan bahasa dari yang berpendengaran terbatas sering meningkat dengan menggunakan alat pendengar yang memperkeras suara.
  4. Di samping menggunakan alat pendengaran kemampuan mendengar residual, peserta didik berpendengaran terbatas mengkompensasi kehilangan pendengaran terutama dengan menggunakan penglihatan. Mereka memperhatikan tanda, isyarat dari bahasa tubuh dan mengartikan isyarat lingkungan indera peraba adalah alat kedua digunakan untuk berkomunikasi.
  5. Pembaca bibir yang paling kompeten mungkin hanya dapat menangkap ucapan orang lain sebanyak 25 %.Hanya sedikit ucapan suara dapat dipahami.
c. Afektif
  1. Peserta didik berpendengaran terbatas cenderung kesepian, menutup diri dari dunia luar. Mereka cenderung berhubungan orang lain yang juga kehilangan pendengaran.
  2. Peserta didik yang muda yang berpendengaran terbatas paling cenderung kurang social, karena mereka memiliki kesempatan sedikit untuk bermain secara alamiah.
  3. Peserta didik berpendengaran sangat terbatas biasanya pendiam. Mereka jarang sekali tertawa.
  4. Peserta didik berpendengaran terbatas cenderung sangat cemas dan takut, sebagian karena mereka tidak mudah di peringatkan terhadap bahaya.
E. Strategi Instruksional
a. Psikomotor
  1. Gunakan indera lain untuk instruksional. Berikan bantuan khusus dalam menggunakan bantuan visual, seperti papan pengumuman, papan tulis, pita video, cermin dan demonstrasi. Gunakan tuntunan tangan untuk menggunakan kemampuan residual.
  2. Bila peserta didik memiliki radangan, hindari aktivitas dengan kondisi tempat yang suhu banyak berubah.
  3. Hindari suara yang terlalu banyak dalam ruang, kolam renang atau lapangan permainan.
  4. Ajar peserta didik untuk membedakan hubungan ruang melalui gerak baik pendidikan gerak maupun permainan terstruktur.
  5. Berikan model dari sikap static dan dinamis yang baik. Gunakan cermin dan alat visual lainnya untuk mendorong memiliki sikap tubuh yang baik.
  6. Langsung bertindak untuk menyiapkan perilaku yang tidak baik. Karena hal itu tidak akan hilang dengan sendirinya.
  7. Gunakan peserta didik yang normal dan anda sendiri sebagai model. Gunakan umpan balik audio-visual dan cermin sebagai teknik. Secara fisik dorong peserta didik mengangkat kaki dengan secara lembut memukul kakinya. Perkuat cara berjalan dengan tidak menyeret kaki.
  8. Seluruh rentangan perkembangan aktivitas amat penting bagi peserta didik ini. Tekankan berjalan, lari, lompat, di samping keterampilan koordinasi mata-kaki dan mata tangan, karena kemampuan tersebut dibutuhkan seumur hidup.
  9. Berikan aktivitas untuk kekuatan kardiovaskuler, kelentukan paling kurang 3 kali per minggu. Manfaatkan semaksimal mungkin bantuan visual.
  10. Hindari aktivitas memanjat seperti tali tangga dan perkakas. Latihan kelincahan melibatkan benda lain yang bergerak tidak disarankan.
b. Kognitif
  1. Jangan perlakukan peserta didik berpendengaran terbatas sebagai yang bermental terbelakang. Guru pelatih jasmani perlu selalu memperhatikan masalah dari peserta didik berpendengaran terbatas sebagai penyebab utama prestasi kurang.
  2. Menirukan gerak yang didemonstrasikan adalah cara berkomunikasi yang penting bagi guru pendidikan jasmani. Gunakan hanya kata-kata esensial atau gerak untuk menyampaikan suatu pesan. Ulangi pesan lisan dengan cara lain bila komunikasi terputus. Jangan lakukan gerak bibir secara berlebihan bagi pembaca ucapan. Tetap tinggal di tempat dan minta peserta didik mendekat dan bertatap muka dengan anda. Hindari formasi lingkaran. Beri contoh keterampilan jasmani dengan punggung ke peserta didik untuk menghindari kebingungan untuk meniru, tetapi jangan berbicara sebelum anda menghadap peserta didik. Secara jasmaniah, bombing peserta didik untuk melakukan gerak yang dikehendaki bila diperlukan, dan gunakan isyarat tangan bilamana tempat dan waktu tepat.
  3. Ketahui dimana alat pendengar dipasang, dilepas dan dirawat. Peserta didik jangan memakai pakaian terbuat dari bahan yang renyah (crispy) yang dapat berupa sumber suara static.
  4. Gunakan penangkap perhatian, dengan berbagai cara seperti mengangkat tangan, menghentakkan kaki, alat control jauh, cahaya senter dan bendera berwarna. Usahakan lingkungan mengajar cukup diterangi cahaya dan cahaya di belakang guru.
  5. Usahakan agar petunjuk-petunjuk pokok dipahami dengan cara mengulang-ulang sebelum satu aktivitas dimulai. Petunjuk lebih sulit disampaikan bila peserta didik telah bergerak.
c. Afektif
  1. Aktivitas social harus menjadi prioritas tertinggi. Tunjukkan kepada peserta didik yang normal akibat kehilangan pendengaran melalui simulasi dan penggunaan isyarat.
  2. Ambil tindakan sedini mungkin terhadap anak-anak berpendengaran terbatas karena keturunan. Bantu mereka dengan memberikan kesempatan untuk bermain, temukan anak-anak berpendengaran normal dengan anak-anak berpendengaran terbatas. Interaksi antara 2 kelompok itu harus diperkuat.
  3. Berikan berbagai macam aktivitas jasmani yang melibatkan orang lain. Pengalaman gerak itu merangsang emosi.
  4. Kelas dari peserta didik yang berpendenagaran sangat terbatas harus terdiri dari hanya 7-10 orang. Perkenalan dengan alat dan fasilitas harus mendahului aktivitas. Ajarkan peserta didik bagaimana cara jatuh. Semua petunjuk penting harus telah lengkap diberikan sebelum gerak dimulai, dan gunakan isyarat visual dan rabaan
F. Aktivitas yang Disarankan dan Dilarang
a. Kebugaran Jasmani dan Gerak
Sebagaimana telah diutarakan, banyak peserta didik berpendengaran terbatas membutuhkan program yang memberikan tekanan kepada kebugaran karena mereka cenderung lebih banyak duduk. Berbagai macam aktivitas yang memerlukan kekuatan, daya tahan kardiovaskuler dan kelentukan perlu sedikit disesuaikan atau tidak sama sekali bagi peserta berpendengaran terbatas. Banyak latihan kebugaran yang dapat dilakukan tanpa peralatan, dapat dilakukan dengan posisi rendah atau di tanah. Bila latihan dengan sikap tubuh biasanya tegak, peserta didik yang berpendengaran terbatas yang mempunyai masalah keseimbangan harus diperbolehkan mengambil posisi dengan pusat gravitasi yang rendah. Mereka yang tidak memiliki masalah keseimbangan tidak diperlukan penyesuaian, mereka harus diizinkan berpartisipasi sepenuhnya dalam aktivitas yang berkaitan dengan kesegaran ,termasuk:
  1. Angkat Besi
  2. Angkat Berat dengan system Universal
  3. Latihan Kekuatan Isometrik
  4. Senam
  5. Lari jarak sedang dan jauh
  6. Tes Kesegaran Jasmani
  7. Latihan Sirkuit Berorientasi Kesegaran
  8. Latihan lari Rintangan berorientasi Kesegaran
  9. Program Latihan Rintangan Berorientasi Kesegaran
  10. Aktivitas Mengetes Diri Untuk Meningkatkan Kesegaran
b. Keterampilan dan Pola Gerak Dasar
Di samping bentuk baku dari perkembangan keterampilan gerak yang harus diajarkan kepada semua peserta didik, peserta didik berpendengaran terbatas membutuhkan aktivitas yang meningkatkan orientasi irama, sikap tubuh dan keseimbangan.
Satu metode yang tidak menakutkan, yang dapat digunakan mengembangkan keterampilan dasar itu adalah pendidikan gerak(movement education).Penemuan dan eksperimentasi yang terpimpin tentang gerak yang baru dan yang telah dikenal sebagai satu pendekatan yang digunakan dalam pendidikan gerak, dapat membantu mengurangi rasa cemas terhadap gerak pada umumnya. Selain itu, setelah berpartisipasi dalam berbagai macam gerak, rasa cemas peserta didik mungkin akan berkurang apabila gerak baru diperlukan di masa yang akan datang.
Aktivitas keseimbangan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi peserta didik berpendengaran terbatas yang pada umumnya kurang baik dalam keseimbangan. Walaupun pusat keseimbangan tidak dapat diperbaiki, keseimbangan seakan-akan dapat diperbaiki dengan meningkatkan kepekaan indera lain terutama kinestetik dan visual. Tugas keseimbangan yang sederhana dengan factor bahaya kecil adalah tugas yang dilakukan di lantai dengan sikap bungkuk atau berdiri. Aktivitas yang ada unsure tinggi (Tangga, Tali, Balok keseimbangan yang tinggi) pada umumnya harus dihindarkan. Aktivitas memutar tubuh juga tidak disarankan bagi peserta didik yang memiliki masalah keseimbangan.
Irama dapat secara efektif diajarkan dengan menggunakan penglihatan, pendengaran residual, indera peraba dan kinestetik. Banyak bentuk gerak seperti berbaris dapat diajarkan dengan berhasil dengan melalui cara menirukan. Lonceng, peluit, dengan nada rendah, fonograf, mikrofon dan megafon dapat menimbulkan getaran yang dapat dirasakan oleh peserta didik berpendengaran terbatas.
c. Aktivitas Individual dan Kelompok
Peserta didik berpendengaran terbatas dapat berhasil dalam semua tipe permainan individual, ganda dan kelompok, Berikut diberikan beberapa saran penyesuaian dan pedoman untuk individual dan kelompok (French dan Jasma:1982,197):
  1. Permainan dengan sedikit peraturan, tidak ada unsure salah, dengan batasan-batasan minimal akan meningkatkan keberhasilan dengan cepat. Permainan tradisi apapun dapat dimodifikasi, kadangkala diperlukan bantuan peserta didik lain agar tujuan dapat dicapai.
  2. Bila peraturan permainan perlu dipatuhi, sungguh-sungguh, guru pendidikan jasmani harus menggunakan bantuan visual dan usahakan agar peraturan dasar dan isyarat sepenuhnya dipahami oleh semua peserta sebelum aktivitas dimulai.
  3. Peserta didik berpendengaran terbatas dapat diberikan bahan tertulis untuk melengkapi instruksi. Bahan tersebut dapat mengulangi peraturan dan strategi permainan yang telah diperkenalkan dalam kelas.
  4. Untuk aktivitas yang memungkinkan terjadi kepala ada kontak dengan benda atau orang lain, semua alat Bantu pendengaran harus dilepas. Aktivitas ini tidak disarankan untuk peserta didik yang cenderung akan lebih merusak mekanisme pendengaran. Aktivitas seperti tinju, sepak bola, Amerika termasuk dalam kategori ini.
  5. Permaianan yang harus menutup mata dengan kain tidak disarankan untuk semua peserta didik yang pendengaranya tidak memadai.
  6. Gunakan peluit dengan suara rendah. Tidak semua peluit mempunyai tingkat Hz yang tetap.
  7. Golf mensyaratkan teman bermain yang berpendengaran baik untuk bereaksi terhadap teriakan “Bola”.
Unsur social dalam permainan sama pentingnya dengan perolehan dan pemeliharaan keterampilan jasmani. Kemampuan dalam aktivitas waktu luang juga bernilai bagi berpendengaran terbatas setelah meninggalkan lembaga pendidikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sejarah Tuna Rungu
(Masih Dicari Materinya Di Internet)
B. Macam-macam Keterampilan Anak Tuna Rungu.
(Masih dicari materinya di internet)
C.Sebab-sebab tuna rungu
Penyebab ketunarunguan dapat terjadi sebelum lahir (pranatal), ketika lahir (natal), dan sesudah lahir (post natal). Trybus (1985) dalam Somad dan Herawati (1996) mengemukakan enam penyebab ketunarunguan: 1) keturunan, 2) Penyakit bawaan dari pihak ibu, 3) komplikasi selama kehamilan dan kelahiran, 4) radang selaput otak (meningitis), 5) otitis media (radang pada bagian telinga tengah), dan 6) penyakitanak-anak berupa radang atau luka-luka. Namun penyebab ketunarunguan yang lebih banyak adalah keturunan, penyakit, dari pihak ibu, dan komplikasi selama kehamilan.
Faktor-faktor penyebab ketunarunguan
1. Faktor internal diri anak
Faktor dari dalam diri anak terdapat beberapa hal yang menyebabkan ketunarunguan:
  1.  
    1. Faktor keturunan dari salah satu atau kedua orang tua yang mengalami ketunarunguan.
    2. Penyakit campak Jerman (Rubella) yang diderita ibu yang sedang mengandung.
    3. Keracunan darah atau Toxaminia yang diderita ibu yang sedang mengandung.

2. Faktor eksternal diri anak
a) Anak mengalami infeksi saat dilahirkan. Misal, anak tertular Herpes implex yang menyerang alat kelamin ibu.
b) Meningitis atau radang selaput otak yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang labyrinth (telinga dalam) melalui sistem sel-sel udara pada telinga tengah.
c) Radang telinga bagian tengah (otitis media) pada anak. Radang ini mengeluarkan nanah, yang menggumpal dan mengganggu hantaran bunyi.
BAB III
PROGRAM PEMBELAJARAN
A. Perlunya Guru Pendidikan Jasmani Adaptif khusus untuk masing-masing
kelainan
Penggunaan pendekatan non-kategori sangat penting bagi guru pendidikan jasmani.Umpamanya, pada masa lalu guru diminta mengajar kelas pendidikan jasmani yang semua terdiri dari anak-anak yang terbelakang mentalnya. Tetapi kategori atau penanaman kelomp[ok itu sebagai satu keseluruhan sedikit sekali kaitannya dengan kebutuhan , kemampuan dan minat tiap anak dalam kelas . Sekarang dengan kecenderungan pada non kategori ank dapat dimasukkan ke dalam kelas berdasarkan pada kemampuan fungsional yang relevan dengan tujuan kelas. Umpamanya, guru telah diberi informasi bahwa anak-anak dalm kelas itu kaku dala gerak dan dalam keterampilan gerak terbelakang, bila dibandingkan dengan teman sebayanyayang normal. Kelas itu dapat terdiri dari anak yang prestasinya dibawah normal, normal dan di atas normal.Tambahan lagi , beberapa anak tidak cocok betul dalam satu kategori, mereka berkelainan ganda. Seorang anak dapat menderita ayan dan dia secara mental jua terbelakang . Seorang guru dapat mempunyai anak-anak dengan berkelaian ganda dalam satu kelas. Persiapan professional menurut kategori tidak akan dapat mempersiapkan seorang guru pun secara optimal untuk mengajar semua tipe peserta didik. Khusunya dalam pendidikan jasmani , banyak aktivitas dan metode yang digunakan untuk anak-anak yang berkondisi kelaina gabungan karena mereka lebih menyerupai atau sama denagn teman sebaya yang normal daripada mereka berbeda dari teman sebayanya.
  1. Kelaian Pendengaran
Guru yang termasuk mengajarkan pendidikan jasmani, tidak melakukan diagnosisi ,namun mereka berasda dalam posisi mengamati untuk memeroleh data tentang keterbatasan pendengaran.Tanda-tandanya:
  • Cara berbicara tidak baik
  • Kepala diarahkan ke sumber bunyi
  • Berulang kali meminta pertanyaan atau pernyataan diulang.
  • Sering sakit kepala
  • Melamun dan perhatian kurang
  • Mempunyai masalah keseimbangan

  1. Karakteristik dan Strategi Pengajaran
Guru pendidikan jasmani dapat meningkatkan kemampuaninstruksionalnya melalui belajar berkomuikasi yang baik berbagai cara dengan semua tipe peserta didik.Komunikasi tangan melalui isyarat –isyarat (isyarat tangan yang menunjukan kata atau frase) dapat meningkatkan komunikasi dengan berpendengaran terbatas dalam kelas atau ruang yang besar.Selain itu, dengan menggunakan isyarat tangan dapat membantu peserta didik berkomunikasi lebih baik denagn teman sebaya yang berpendenagaran terbatas .
Guru Pendidikan jasmani dapat menggunakan teknik berkomunikasi tradisional dan non trasisional dengan peserta didik berpendengaran terbatas .Schmit dan Dunn(1980) menyarankan menggunakan isyarat yang mudah dipahami yang ditempel pada papan pengumuman. Isyarat-isyarat itu dapat bervariasi dari yang konkret ke abstrak yang meyatakan konsep kesadaran tubuh(body awareness), kesadaran ruang dan kualitas gerak. Umpamanya , gambar sebuah tangan dapat menyatakan penggunaan tangan saja dalam tugas satu gerak, panah dapat menyatakan arah gerak,satu garis berombak denagn banyak puncak dan lembah dapat menyatakan rangkaian gerak yang cepat. Isyarat bahasa tradisional mungkin lebih dapat diterima diantara anggota tim pendidikan khusus dan antara individu berpendengaran terbatas. Penting sekali menggunakan teknik komunikasi yang tidak hanya digunakan dalam pendidikan tetapi, juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari .
BOLA- Pantomifn sebuah bola dengan kedua tangan
LARI – Kaitkan telunjuk kanan pada jempol tangan Telunjuk menunjuk; denycrn gerakkan kedua ke depan
 Buat tinju dengan kedua tangan, telapak tangan atas yang lain, telapak tangan berhadapan


MERANGKAK jempol mengarah ke menghadap ke bawah Putar kedua tangan pada gerakan merangkak
 MENARI – Tempatkan dua jari di telapak tangan yang lain. Gerakkan kedua jari V
maju mundur seakan-akanmenari
 KE JAR – Genggam kedua tangan kecuali jempol. Genggaman arahkan ke samping; dengan cepat tangan yang satu mengikuti yang lain ke depan
 BAIK-Tangan terbuka.jari-jari letakkan di mulut. Gerakkan tangan ke depan, , sehingga telapak tangan mengnadap ke alas.
 LATIHAN – Buat linju dengan kedua fangan Buat beberapa kali gerakan mengangkal bar­bel.
  GAME- Buat tinju dengan kedua tangan, jempol mengarah ke atas. Ke dua tinju bergerak mendekati, bukD jari beradu dan bergerak ke atas.
 LOMPAT – Tempaikan dua jari tangan yang satu (V) berdiri tegak di telapaK tangan yang lain. Tekuk kedua jari dan gerakkan ke atas.
 TANGKAP - Satu tangan membuat tinju dengan tangan yang lain terbuka. pantomim gerak menangkap benda kecil, berakhirdengan tinju di atas tangan lain.
 KUAT-kedua tangan membuat tinju.Angkat di depan badan ,kedua lengan membuat orang sikap kuat.
 LEMPAR Buat tinju dengan tangan yang satu. Pantomim gerakan melem-par.
 MANDI – Tinju berada dekatkepala, pantomim air memancur dengan mem-buka tinju beberapa kali
 Contoh gerakan Intruksional.
B.Program latihan Individu
(masih dicari materinya)
C.Program latihan Kelompok Kecil
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
  • Pendidikan Jasmani Khusus didefinisikan sebagai satu sistem penyampaian pelayanan yang komprehensif yang dirancang untuk mengidentifikasi, dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor .
  • Tujuan pendidikan jasmani bagi yang berkelainan adalah untuk membantu mereka mencapai pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial yang sepadan dengan potensi mereka melalui program aktivitas pendidikan jasmani biasa dan khusus yang dirancang dengan hati-hati.
  • “Tuli “berarti satu kerusakan pendengaran yang begitu berat sehingga anak terhalang dalam pemrosesan informasi linguistic melalui pendengaran dengan atau tanpa pengeras suara yang sangat mempengaruhi unjuk kerja pendidikan.
“Mendengar Keras” berarti kerusakan pendengaran, baik tetap maupun tidak tetap yang akan sangat mempengaruhi unjuk kerja pendidikan anak tetap tidak termasuk definisi tuli.
  • Dua ciri bunyi adalah kekerasan(loudness)dan nada (pitch) bunyi.
  • Penggolongan tingkat pendengaran sebagai berikut:
  1. Pendengaran sedikit(slight) = 25-40 dB hilang
  2. Pendengaran sedikit sekali(mild) = 41-55 dB hilang
  3. Pendengaran Amat sedikit(marked) =56-70 dB hilang
  4. Pendengaran amat sedikit sekali(severe) =71-90 dB hilang
  5. Pendengaran sangat terbatas sekali = 91-….dB hilang
    1. Tanda-tandanya adalah sebagai berikut:
  1. Cara berbicara kurang baik
  2. Kepala diarahkan ke sumber suara
  3. Berulang kali minta pertanyaan atau pernyataan diulang
  4. Sering sakit telinga
  5. Cairan keluar dari telinga
  6. Melamun dan perhatian kurang
  7. Mempunyai masalah keseimbangan
    1. Ciri-Ciri Anak Berkelainan Pendengaran
a. Psikomotor
  1. cenderung mendapat infeksi telinga.
  2. memiliki sikap badan yang kurang baik.
  3. memperlihatkan gerak tanpa tujuan
  4. berjalan dengan menyeret kaki
  5. Keseimbangan (statis dan dinamis) dan kelincahan biasanya kurang pada peserta didik berpendengaran terbatas dengan komplikasi telinga di dalam.
b. Kognitif
  1. Kemampuan memahami abstrak biasanya terpengaruh.
  2. Kekurangan dalam berkomunikasi merupakan tantangan terbesar dari peserta didik yang berpendengaran terbatas
  3. Kemampuan bahasa dari yang berpendengaran terbatas sering meningkat dengan menggunakan alat pendengar yang memperkeras suara.
  4. Pembaca bibir yang paling kompeten mungkin hanya dapat menangkap ucapan orang lain sebanyak 25 %.
    1. Strategi Instruksional
a. Psikomotor
  1. Berikan bantuan khusus dalam menggunakan bantuan visual, seperti papan pengumuman, papan tulis, pita video
  2. Gunakan indera lain untuk instruksional
  3. Hindari suara yang terlalu banyak dalam ruang, kolam renang atau lapangan permainan
  1. Berikan model dari sikap static dan dinamis yang baik
  2. Gunakan peserta didik yang normal dan anda sendiri sebagai model.
  3. Berikan aktivitas untuk kekuatan kardiovaskuler, kelentukan paling kurang 3 kali per minggu
  4. Hindari aktivitas memanjat seperti tali tangga dan perkakas.
b. Kognitif
  1. Jangan perlakukan peserta didik berpendengaran terbatas sebagai yang bermental terbelakang.
  2. Menirukan gerak yang didemonstrasikan adalah cara berkomunikasi yang penting bagi guru pendidikan jasmani.
  3. Gunakan penangkap perhatian, dengan berbagai cara seperti mengangkat tangan, menghentakkan kaki, alat control jauh, cahaya senter dan bendera berwarna.
c. Afektif
  1. Aktivitas social harus menjadi prioritas tertinggi.
  2. Ambil tindakan sedini mungkin terhadap anak-anak berpendengaran terbatas karena keturunan
  3. Kelas dari peserta didik yang berpendenagaran sangat terbatas harus terdiri dari hanya 7-10 orang
    • Aktivitas yang Disarankan
  1. Angkat Besi
  2. Angkat Berat dengan system Universal
  3. Latihan Kekuatan Isometrik
  4. Senam
  5. Lari jarak sedang dan jauh
  6. Tes Kesegaran Jasmani
  7. Latihan Sirkuit Berorientasi Kesegaran
  8. Latihan lari Rintangan berorientasi Kesegaran
  9. Program Latihan Rintangan Berorientasi Kesegaran
  10. Aktivitas Mengetes Diri Untuk Meningkatkan Kesegaran
2. Saran
Dapat disarankan bahwa untuk mendapatkan banyak informasi mengenai ciri-ciri anak yang mendapatkan kelainan pendengaran dan strategi instruksional . maka dapat menggunakan makalah ini sebagai bahan acuan informasi .

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Etika dan Moral dalam Pendidikan Jasmani menuju Olahraga Prestasi




Abstrak: 
Salah satu masalah penting dalam kehidupan di tanah
air ini adalah etika dan moral, pendidikan jasmani dan olahraga
sebagai salah satu sarana pendidikan anak memberikan suatu
pengayaan dalam etika dan moral di masyarakat. Mengajarkan
etika dan nilai moral sebaiknya lebih bersifat contoh.Tindakan
lebih baik baik dari kata-kata. Nilai Moral itu beraneka macam,
termasuk loyalitas, kebajikan, kehormatan, kebenaran, respek,
keramahan, integritas, keadilan, kooperasi.
 
 Kata-kata kunci: Etika, Pendidikan Jasmani, Olahraga

Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara
keseluruhan, sehingga pendidikan jasmani memiliki arti yang cukup
representatif dalam mengembangkan manusia dalam persiapannya menuju
manusia Indonesia seutuhnya.
Pendidikan jasmani di Indonesia memiliki tujuan kepada keselarasan
antara tubuhnya badan dan perkembangan jiwa, dan merupakan suatu usaha
untuk membuat bangsa indonesia yang sehat lahir dan batin, diberikan kepada
segala jenis sekolah. (UU no 4 th 1950, ttg dasar-dasar pendidikan dan
pengajaran di sekolah bab IV pasal 9)
Pendidikan jasmani mempunyai tujuan pendidikan sebagai (1)
perkembangan organ-organ tubuh untuk meningkatkan kesehatan dan
kebugaran jasmani, 2) perkembangan neuro muskuler, 3) perkembangan
mental emosional, 4) perkembangan sosial dan 5) perkembangan intelektual.
Tujuan akhir olahraga dan pendidikan jasmani terletak dalam peranannya
sebagai wadah unik penyempurnaan watak, dan sebagai wahana untuk memiliki
                                                
1Johansyah Lubis, Adalah Dosen Sosiokinetika, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri
Jakarta. Dan Ketua Komisi Pembibitan dan pemanduan Bakat KONI Pusat 2007 - 2011



Etika dan Masalah-masalah dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga
2



dan membentuk kepribadian yang kuat, watak yang baik dan sifat yang mulia;
hanya orang-orang yang memiliki kebajikan moral seperti inilah yang akan
menjadi warga masyarakat yang berguna (Baron Piere de Coubertin) 
Uraian di atas memperjelas bahwa pendidikan jasmani dan olahraga
merupakan ‘alat’ pendidikan, sekaligus pembudayaan. Proses ini merupakan
sebuah syarat yang memungkinkan manusia mampu terus mempertahankan
kelangsungan hidupnya sebagai manusia.
Pendidikan adalah segenap upaya yang mempengaruhi pembinaan dan
pembentukkan kepribadian, termasuk perubahan perilaku, karena itu pendidikan
jasmani dan olahraga selalu melibatkan dimensi sosial, disamping kriteria yang
bersifat fisikal yang menekankan ketrampilan, ketangkasan dan unjuk
“kebolehan’. Dimensi sosial ini melibatkan hubungan antar orang, antar peserta
didik sebagai sebagai fasilitator atau pengarah.
Kondisi saat ini ketika masyarakat Indonesia menghadapi permasalahan
perekonomian yang berkepanjangan, tidak terlepas dari etika dan moral bangsa
yang sudah ‘bobrok’, budaya bangsa yang luhur mulai telah terkikis sedikit demi
sedikit. Anak banyak yang tidak menghargai gurunya bahkan orang tuanya.
Fenomena dalam pendidikan jasmani saat ini, banyak anak yang enggan
mengikuti pelajaran pendidikan jasmani karena terkesan membosankan dan
menjemukan.
Masalah moral di Amerika menjadi salah satu isu pendidikan yang
diangkat dalam membentuk manusia Amerika, mengingat orang Amerika
pernah terkejut pada awal 1985 ketika mereka mengetahui bahwa pemenang
medali cabang balap sepeda pada Olimpiade yang berasal dari USA mengakui
telah mendoping darah sebelum kompetisi. Ditambah lagi 86 atlet Amerika dari
berbagai cabang gagal melewati tes obat-obatan yang diadakan oleh Komite
Olahraga Amerika Serikat, sembilan bulan sebelum pertandingan pada tahun
1984. Belum lagi kasus kematian pelari Belanda di Universitas Amerika
membawa pada penemuan secara tidak sengaja tentang penggunaan secara



Etika dan Masalah-masalah dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga
3



luas resep obat yang didapatkan secara ilegal oleh atlet mahasiswa, yang
disuplai oleh pelatih kampus.
Pendidikan jasmani dan olahraga adalah laboratorium bagi pengalaman
manusia, karena dalam pendidikan jasmani menyediakan kesempatan untuk
memperlihatkan mengembangan karakter. Pengajaran etika dalam pendidikan
jasmani biasanya dengan contoh atau perilaku. Pengajar tidak baik berkata
kepada muridnya untuk memperlakukan orang lain secara adil kalau dia tidak
memperlakukan muridnya secara adil.
Selain dari pada itu pendidikan jasmani dan olahraga begitu kaya akan
pengalaman emosional. Aneka macam emosi terlibat di dalamnya. Kegiatan
pendidikan jasmani dan olahraga yang berakar pada permainan, ketrampilan
dan ketangkasan memerlukan pengerahan energi untuk menghasilkan yang
terbaik. 
Pantas rasanya jika kita setuju untuk mengemukakan bahwa pendidikan
jasmani dan olahraga merupakan dasar atau alat pendidikan dalam membentuk
manusia seutuhnya, dalam pengembangan kemampuan cognitif, afektif dan
psikomotor yang behavior dalam membentuk kemampuan manusia yang
berwatak dan bermoral.
Dalam tulisan ini akan lebih dibahas tentang etika dan permasalahan
dalam pendidikan jasmani dan olahraga. Dengan mencoba mengkomperkan
dan menanalisis serta memyusun rekomendasi yang memungkinkan dalam
pengembangan pendidikan jasmani dan olahraga.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, agar paper ini lebih mengarah maka
pembahasan akan lebih di fokuskan pada :
Bagaimana etika dalam pendidikan jasmani dan olahraga? 
Bagaimana pendidikan etika membentuk manusia secara utuh?
Masalah tersebut akan dicoba dibahas dalam tulisan ini dari segi teori
dan analisis penjasnya.



Etika dan Masalah-masalah dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga
4




Hakikat Etika
Istilah etika dan moral secara etimologis, kata ethics berasal dari kata
Yunani, ethike yang berarti ilmu tentang moral atau karakter. Studi tentang etika
itu secara khas sehubungan dengan prinsip kewajiban manusia atau studi
tentang semua kualitas mental dan moral yang membedakan seseorang atau
suku bangsa. Moral berasal dari kata Latin, mos dan dimaksudkan sebagai adat
istiadat atau tata krama. (Rusli Lutan)
Etika tidak mempunyai pretensi untuk secara langsung dapat membuat
manusia menjadi lebih baik. Etika adalah pemikiran sistematis tentang
moralitas, dimana yang dihasilkannya secara langsung bukan kebaikan,
melainkan suatu pengertian yang lebih mendasar dan kritis. (Franz Magnis
Suseno,1989). Lebih lanjut dikatakan bahwa etika adalah sebuah ilmu, bukan
sebuah ajaran. Jadi etika dan ajaran-ajaran moral tidak berada di tingkat yang
sama. Untuk memahami etika, maka kita harus memahami moral.
Selanjutnya Suseno mengatakan bahwa Etika pada hakikatnya
mengamati realitas moral secara kritis. Etika tidak memberikan ajaran,
melainkan memeriksa kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma dan
pandangan-pandangan moral secara kritis. Etika menuntut pertanggung
jawabab dan mau menyingkapkankan ke rancuan. Etika tidak membiarkan
pendapat-pendapat moral begitu saja melainkan menuntut agar pendapat-
pendapat moral yang dikemukakan di pertanggung jawabkan. Etika berusaha
untuk menjernihkan permasalahan moral. 
Dalam etika mengembangkan diri, Orang hanya dapat menjadi manusia
utuh kalau semua nilai atas jasmani tidak asing baginya, yaitu nilai-nilai
kebenaran dan pengetahuan, kesosialan, tanggung jawab moral, estetis dan
religius. Suatu usaha sangat berharga untuk menyusun nilai-nilai dan
menjelaskan makna bagi manusia dilakukan oleh Max Scheler dikemukan
sebagai berikut : Mengembangkan diri, Melepaskan diri, menerima diri



Etika dan Masalah-masalah dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga
5



Freeman menyebutkan bahwa etika terkait dengan moral dan tingkah
laku, menjelaskan aturan yang tepat tentang sikap. Etika merupakan pelajaran
dari tingkah laku ideal dan pengetahuan antara yang baik dan buruk. Etika juga
menggambarkan tindakan yang benar atau salah dan apa yang harus orang
lakukan atau tidak. Etika penting karena merupakan kesepakatan pada
kebiasan manusia, bagaimana modelnya, bagaimana ia menunjukkan dirinya 
sendiri, dengan segala sisi baik dan buruk.
Scott Kretchmar mengemukakan etika mendasari tentang cara melihat
dan mempromosikan kehidupan yang baik, tentang mendapatkannya,
merayakannya dan menjaganya. Etika terkait dengan nilai-nilai pemeliharaan
seperti kebenaran, pengetahuan, kesempurnaan, persahabatan dan banyak
nilai-nilai lainnya. Etika juga mengenai rasa belas kasih dan simpati, tentang
memastikan kehidupan baik berbagi dengan lainnya, etika terkait dengan
kepedulian terhadap yang lain, terutama yang tidak punya kedudukan atau
kekuatan yang diperlukan untuk melindungi diri mereka sendiri atau jalan
mereka.
Hakikat Moral
Istilah moral dikaitkan dengan motif, maksud dan tujuan berbuat. Moral
berkaitan dengan niat. Sedangkan etika adalah studi tentang moral. Sedangkan
menurut Freeman etika terkait dengan moral dan tingkah laku. Lebih lanjut Scott
Kretchmar menyatakan bahwa etika juga mengenai tentang rasa belas kasih
dan simpati-tentang memastikan kehidupan yang baik berbagi dengan lainnya.
Suseno mengatakan bahwa moral selalu mengacu pada baik-buruknya
manusia sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia
dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolok
ukur untuk menentukan betul-salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari
segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu
dan terbatas.



Etika dan Masalah-masalah dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga
6



Selanjutnya dikatakan bahwa ada norma-norma khusus yang hanya
berlaku dalam bidang atau situasi khusus. Seperti bola tidak boleh disentuh oleh
pemain sepakbola, bila permainan berhenti maka aturan itu sudah tidak berlaku.
Norma diatas merupakan norma khusus, sedangkan norma umum ada
tiga macam seperti : norma-norma sopan santun, norma-norma hukum dan
norma-norma moral. Norma sopan santun menyangkut sikap lahiriah manusia.
Namun sikap lahiriah sendiri tidak bersifat moral. 
Norma hukum adalah norma yang dituntut dengan tegas oleh masyarakat
karena perlu demi keselamatan dan kesejahteraan umum. Norma hukum adalah
norma yang tidak dibiarkan dilanggar, orang yang melanggar hukum, pasti akan
dikenai hukuman sebagai sangsi. Tetapi norma hukum tidak sama dengan
norma moral. Bisa terjadi bahwa demi tuntutan suara hati, demi kesadaran
moral, orang harus melanggar hukum. Kalaupun dihukum, hal itu tidak berarti
bahwa orang itu buruk. Hukum tidak dipakai untuk mengukur baik-buruknya
seseorang sebagai manusia, melainkan untuk menjamin tertib umum. Norma
moral adalah tolok ukur yang dipakai masyarakat untuk mengukur kebaikan
seseorang, maka dengan norma-norma moral kita betul-betul dinilai. Itulah
sebab penilaian moral selalu berbobot.
Perkembangan moral adalah proses, dan melalui proses itu seseorang
mengadopsi nilai-nilai dan perilaku yang diterima oleh masyarakat (Bandura,
1977). Pada dasarnya seseorang yang konsisten menginternalisasi norma
dipandang sebagai seseorang yang bermoral. Para ahli menerapkan apa yang
disebut pendekatan “kantong kebajikan” (Kohlberg, 1981), teori ini percaya
bahwa seseorang mencontoh perilaku orang lain sebagai model atau tauladan
yang ia nilai memiliki sifat-sifat tertentu atau yang menunjukkan perilaku
berlandasan nilai yang diharapkan.
Untuk memahami moral Kohlberg (1981) dan Rest (1986) menyatakan
bahwa pemahaman moral berpengaruh langsung terhadap motivasi dan



Etika dan Masalah-masalah dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga
7



perilaku namun memiliki hubungan yang tak begitu kuat. Hubungan erat pada
empati, emosi, rasa bersalah, latar belakang sosial, pengalaman. 
Suseno melihat terdapat tiga prinsip dasar dalam moral, yaitu prinsip
sikap baik, prinsip keadilan dan prinsip hormat terhadap diri sendiri.
Prinsip sikap baik dimana prinsip ini mendahului dan mendasari semua
prinsip moral lain, dimana sikap yang dituntut dari kita adalah jangan merugikan
siapa saja. Prinsip bahwa kita harus mengusahakan akibat-akibat baik
sebanyak mungkin dan mengusahakan untuk sedapat mungkin mencegah
akibat buruk dari tindakan.
Prinsip keadilan dimana keadilan tidak sama dengan sikap baik, demi
menyelamatan gol dari serangan lawan, pemain belakang menahan dengan
tangan, hal itu tetap tidak boleh dengan alasan apapun, berbuat baik dengan
melanggar hak pihak lain tidak dibenarkan.
Prinsip hormat terhadap diri sendiri mengatakan bahwa manusia wajib
untuk selalu memperlakukan diri sebagai suatu yang bernilai pada dirinya
sendiri. Prinsip ini berdasarkan faham bahwa manusia adalah person, pusat
berpengertian dan berkehendak, yang memiliki kebebasan dan suara hati,
mahluk berakal budi.

Bagaimana kita mengajarkan etika dan nilai moral
Dalam mengajarkan etika dan nilai moral sebaiknya lebih bersifat contoh,
pepatah mengatakan bahwa tindakan lebih baik baik dari kata-kata. Lutan
mengatakan Nilai Moral itu beraneka macam, termasuk loyalitas, kebajikan,
kehormatan, kebenaran, respek, keramahan, integritas, keadilan, kooperasi,
tugas dll. Lebih lanjut dikatakan ada 4 nilai moral yang menjadi inti dan bersifat
universal yaitu :
1. Keadilan.
Keadilan ada dalam beberapa bentuk ; distributif, prosedural, retributif dan
kompensasi. Keadilan distributif berarti keadilan yang mencakup pembagian



Etika dan Masalah-masalah dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga
8



keuntungan dan beban secara relatif. Keadilan prosedural mencakup
persepsi terhadap prosedur yang dinilai sportif atau fair dalam menentukan
hasil. Keadilan retributif mencakup persepsi yang fair sehubungan dengan
hukuman yang dijatuhkan bagi pelanggar hukum. Keadilan kompensasi
mencakup persepsi mengenai kebaikan atau keuntungan yang diperoleh
penderita atau yang diderita pada waktu sebelumnya.
Seorang wasit bila ragu memutuskan apakah pemain penyerang berada
pada posisi off-side dalam sepakbola, ia minta pendapat penjaga garis.
Semua pemain penyerang akan protes, meskipun akhirnya harus dapat
menerima, jika misalnya wasit dalam kasus lainnya memberikan hukuman
tendangan penalti akibat pemain bertahana menyentuh bola dengan
tanganya, atau sengaja menangkap bola di daerah penalti. Tentu saja ia
berusaha berbuat seadil mungkin. Bila ia kurang yakin, mungkin cukup
dengan memberikan hukuman berupa tendangan bebas.
2. Kejujuran.
Kejujuran dan kebajikan selalu terkait dengan kesan terpercaya, dan
terpercaya selalu terkait dengan kesan tidak berdusta, menipu atau
memperdaya. Hal ini terwujud dalam tindak dan perkataan. 
Semua pihak percaya bahwa wasit dapat mempertaruhkan integritasnya
dengan membuat keputusan yang fair. Ia terpercaya karena keputusannya
mencerminkan kejujuran.
3. Tanggung Jawab.
Tanggung jawab merupakan nilai moral penting dalam kehidupan
bermasyarakat. Tanggung jawab ini adalah pertanggungan perbuatan
sendiri. Seorang atlet harus bertanggung jawab kepada timnya, pelatihnya
dan kepada permainan itu sendiri. Tanggung jawab ini merupakan nilai moral
terpenting dalam olahraga.
4. Kedamaian



Etika dan Masalah-masalah dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga
9



Kedamaian mengandung pengertian : a)tidak akan menganiaya,
b)mencegah penganiayaan, c) menghilangkan penganiaan, dan d)berbuat
baik. Bayangkan bila ada pelatih yang mengintrusksikan untuk mencederai
lawan agar tidak mampu bermain?

Freeman dalam buku Physical Education and Sport in A cahanging
Society menyarankan 5 area dasar dari etika yang harus diberikan yaitu : 1)
Keadilan dan persamaan, 2) Respek terhadap diri sendiri. 3) Respek dan
pertimbangan terhadap yang lain, 4) Menghormati peraturan dan kewenangan ,
5) Rasa terhadap perspektif atau nilai relatif. (Freeman,2001;210)
1. Keadilan dan Persamaan
Anak didik atau atlet adalah mengharapkan perlakuan yang adil dan sama.
Anak didik ingin sebuah kesempatan untuk belajar yang sama. Seringkali
anak didik yang di bawah rata-rata dalam olahraga diabaikan.
2. Respek terhadap diri sendiri
Pelajar atau atlet membutuhkan respek terhadap diri sendiri dan imej positif
tentang dirinya untuk menjadi sukses. Pelatih dan pengajar yang melatih
semua anak didiknya dengan sama mengambil langkah tepat dalam setiap
arahnya agar anak didiknya merasa dirinya penting dan layak dimata
pengajarnya.
3. Rasa hormat dan kepedulian terhadap orang lain.
Pelajar dan atlet membutuhkan rasa hormat kepada orang lain, apakah
teman sekelasnya, lawan bertanding, guru ataupun pelatihnya. Mereka perlu
belajar tentang bagaimana pentingnya memperlakukan orang lain dengan
hormat.
4. Menghormati peraturan dan kewenangan
Pelajar dan atlet perlu menghormati kewenangan dan peraturan, karena
tanpa kedua hal ini suatu perhimpunan tidak akan berfungsi
5. Rasa terhadap perspektif atau nilai relatif



Etika dan Masalah-masalah dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga
10



Beberapa pertanyaan tentang gunanya berolahraga perlu dipertimbangkan
diantaranya ; a) seberapa penting olahraga, b) apakah hubungan yang tepat
antara olahraga dalam filosofi pendidikan kita?,c)Seberap penting suatu
kemenangan dan d) apa yang menjadi integritas akademik kita?
Pendidik jasmani dalam proses pendidikan sebaiknya mengembangkan
karakter, karakter menurut David Shield dan Brenda Bredemeir adalah empat
kebajikan dimana seseorang mempunyai karakter bagus menampilkan ;
compassion (rasa belas kasih), fairness (keadilan), sportsmanship
(ketangkasan) dan integritas.
Dengan adanya rasa belas kasih, murid dapat diberi semangat untuk
melihat lawan sebagai kawan dalam permainan, sama-sama bernilai, sama-
sama patut menerima penghargaan. Keadilan melibatkan tidak keberpihakan,
sama-sama tanggung jawab. Ketangkasan dalam olahraga melibatkan
berusaha secara intens menuju sukses. Integritas memungkinkan seseorang
untuk membuat kesalahan pada yang lain, sebagai contoh meskipun
tindakannya negatif penerimannya oleh wasit, teman satu tim ataupun fans. 

Hakikat Olahraga dan Penjas
Filsafat olahraga, seperti filsafat lainnya, dalam olahraga ada beberapa konsep
yang perlu dikaji dan dipahami secara mendalam. Konsep ini bersifat abstrak
yaitu ‘mental image’. Walau kita tahu bahwa konsep ini abstrak, tetapi didalam
konsep ini ada makna tertentu, walau perbedaan makna pada setiap individu
berbeda-beda tentang ini.
Konsep dasar tentang keolahragaan beragam, seperti bermain (play),
Pendidikan jasmani (Physical education), olahraga (Sport), rekreasi (recreation),
tari (dance).
Bermain (play) adalah fitrah manusia yang hakiki sebagai mahluk
bermain (homo luden), bermain suatu kegiatan yang tidak berpretensi apa-apa,



Etika dan Masalah-masalah dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga
11



kecuali sebagai luapan ekspresi, pelampiasan ketegangan, atau peniruan
peran. Dengan kata lain, aktivitas bermain dalam nuansa riang dan gembira.
Dalam bermain terdapat unsur ketegangan, yang tidak lepas dari etika
seperti semangat fair play yang sekaligus menguji ketangguhan, keberanian dan
kejujuran pemain, walau tanpa wasitpun permainan anak-anak terlihat belum
tercemar.
Dalam bermain terdapat unsur ketegangan, yang tidak lepas dari etika
seperti semangat fair play yang sekaligus menguji ketangguhan, keberanian dan
kejujuran pemain, walau tanpa wasitpun permainan anak-anak terlihat 
menyenangkan dan gembira ini merupakan bentuk permainan yang belum
tercemar.
Dalam bermain pendidikan etika yang ada tidak mengenal pada suatu
ajaran tertentu, karena anak bermain tidak melihat sisi religius teman dan
bentuk permainan, karena tidak ada aturan dalam hal religus dalam bentuk
permainan, pendidikan etika disini yang membetuk manusia yang baik dan kritis,
sehingga proses pemberian pembelajarannya lebih bersifat mengembangkan
daya pikir kritis  dengan mengamati realitas kehidupan.
Seperti melihat harimau, maka anak akan meniru gaya harimau yang
menerkam mangsa, simangsa sudah tentu adalah teman sepermainnya.
Temannya akan berjuang mempertahankan dengan bergelut. 
Bermain dalam alam anak memberikan konsep anak bertanggung jawab
terhadap permainan tersebut. Ketika terjadi “perselisihan” maka tanggung jawab
anak terhadap permainan ini membantu dalam pengembangan moralnya.
Olahraga (sport) yang merupakan kegiatan otot yang energik dan dalam
kegiatan itu atlet memperagakan kemampuan geraknya (performa) dan
kemauannya semaksimal mungkin, akan tetapi perkembangan teknologi
memungkinkan faktor mesin menjadi techno-sport, seperti balap mobil, balap
motor, yang banyak tergantung dengan faktor mesin.



Etika dan Masalah-masalah dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga
12



Olahraga bersifat netral dan umum, tidak digunakan dalam pengertian
olahraga kompetitif, karena pengertiannya bukan hanya sebagai himpunan
aktivitas fisik yang resmi terorganisasi (formal) dan tidak resmi (informal).
Pendidikan jasmani pada dasarnya bersifat universal, berakar pada
pandangan klasik tentang kesatuan erat antara “body and mind”, Pendidikan
jasmani adalah bagian integral dari pendidikan melalui aktivitas jasmani yang
bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler,
intelektual dan emosional.
Konsep pendidikan jasmani terfokus pada proses sosialisasi atau
pembudayaan via aktifitas jasmani, permainan dan olahraga. Proses sosialisasi
berarti pengalihan nilai-nilai budaya, perantaraan belajar merupakan
pengalaman gerak yang bermakna dan memberi jaminan bagi partisipasi dan
perkembangan seluruh aspek kepribadian peserta didik. Perubahan terjadi
karena keterlibatan peserta didik sebagai aktor atau pelaku melalui pengalaman
dan penghayatan secara langsung dalam pengalaman gerak sementara guru
sebagai pendidik berperan sebagai “pengarah” agar kegiatan yang lebih bersifat
pendeawsaan itu tidak meleset dari pencapaian tujuan.

Pengajaran Etika dalam pendidikan jasmani
Kita telah menyadari bahwa pendidikan jasmani dan olahraga adalah
laboratorium bagi pengalaman manusia, oleh sebab itu guru pendidikan jasmani
harus mencoba mengajarkan etika dan nilai dalam proses belajar mengajar,
yang mengarah pada kesempatan untuk membentuk karakter anak.
Karakter anak didik yang dimaksud tentunya tidak lepas dari karakter
bangsa Indonesia serta kepribadian utuh anak, selain harus dilakukan oleh
setiap orangtua dalam keluarga, juga dapat diupayakan melainkan pendidikan
nilai di sekolah. Saran yang bisa diangkat yaitu :
1. Seluruh suasana dan iklim di sekolah sendirii sebagai lingkungan sosial
terdekat yang setiap hari dihadapi, selain di keluarga dan masyarakat
luas, perlu mencerminkan penghargaan nyata terhadap nilai-nilai



Etika dan Masalah-masalah dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga
13



kemanusiaan yang mau diperkenalkan dan ditumbuhkembangkan
penghayatannya dalam diri peserta didik. Misalnya, kalau sekolah ingin
menanamkan nilai keadilan kepada para peserta didik, tetapi di
lingkungan sekolah itu mereka terang-terangan menyaksikan berbagai
bentuk ketidakadilan, maka di sekolah itu tidak tercipta iklim dan suasana
yang mendukung keberhasilan pendidikan nilai. (Seperti praktek jual-beli
soal, mark up nilai, pemaksaan pembelian buku dsb) 
2. Tindakan nyata dan penghayatan hidup dari para pendidik atau sikap
keteladanan mereka dalam menghayati nilai-nilai yang mereka ajarkan
akan dapat secara instingtif mengimbas dan efektif berpengaruh pada
peserta didik. Sebagai contoh, kalau guru sendiri memberi kesaksikan
hidup sebagai pribadi yang selalu berdisiplin, maka kalau ia mengajarkan
sikap dan nilai disiplin pada peserta didiknya, ia akan lebih disegani.
3. Semua pendidik di sekolah, terutama para guru pendidikan jasmani perlu
jeli melihat peluang-peluang yang ada, baik secara kurikuler maupun
non/ekstra kurikuler, untuk menyadarkan pentingnya sikap dan perilaku
positif dalam hidup bersama dengan orang lain, baik dalam keluarga,
sekolah, maupun dalam masyarakat. Misalnya sebelum pelajaran
dimulai, guru menegaskan bila anak tidak mengikuti pelajaran karena
membolos, maka nilai pelajaran akan dikurangi.
4. Secara kurikuler pendidikan nilai yang membentuk sikap dan perilaku
positif juga bisa diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri, misalnya
dengan pendidikan budi pekerti. Akan tetapi penulis tidak menyarankan
untuk di lakukan.
5. Melalui pembinaan rohani siswa, melalui kegiatan pramuka, olahraga,
organisasi, pelayanan sosial, karya wisata, lomba, kelompok studi, teater,
dll. Dalam kegiatan-kegiatan tersebut para pembina melihat peluang dan
kemampuannya menjalin komunikasi antar pribadi yang cukup mendalam
dengan peserta didik.



Etika dan Masalah-masalah dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga
14




Kesimpulan
Penulis mencoba merekomendasikan beberapa hal tentang pendidikan nilai
dalam pendidikan jasmani berdasarkan latar belakang dan teori, diantaranya :
1. Pendidikan etika konsepnya bersifat abstrak, sehingga pemberiannya
harus lebih banyak pada perilaku dan contoh-contoh yang konstruktif.
2. Pendidikan jasmani sebagai alat pendidikan mempercepat anak dalam
mengembangkan konsep tentang moral.
3. Mengamati realitas moral secara kritis, akan lebih dekat pada bentuk
permainan, dimana mengamati realitas moral merupakan pendidikan
etika.
4. Dalam permainan compassion, fairness, spormanship dan integritas
sangat lekat didalamnya sehingga mampu memberikan konsep
pendidikan etika di dalamnya.
5. Dukungan lingkungan sekolah dan masyarakat harus dijaga untuk 
menjaga iklim lingkungan sosial yang baik, agar mendukung pendidikan
etika dan nilai.
6. Guru pendidikan jasmani dapat mengajarkan nilai dan etika diluar jam
pelajaran, terutama saat ektra kurikuler, kegiatan pramuka, organisasi
klub olahraga sekolah dengan melihat peluang yang tepat dalam
pendekatan individu.
7. Membuat mata pelajaran tentang budi pekerti, tetapi hal ini perlu
pembicaraan sesama seksama.












Etika dan Masalah-masalah dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga
15



DAFTAR PUSTAKA

         
Franz Magnis Suseno, (1987) Etika Dasar, Masalah-masalah pokok filsafat 
moral. Yogyakarta: Perc. Kanisius, 1987.

_________________, (2000), Kuasa & Moral. Jakarta: Gramedia Pustaka 
Utama. 

Ikhwanuddin Syarif (ed). (2001) Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia baru, 
70 tahun Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc. Ed. Jakarta: Grasindo, 2001.

Richard Tinning, et., al, (2001) Becoming a physical education teacher, 
Australia: Printice hall.

Rusli Lutan (ed)., (2001) Olahraga dan Etika Fair Play. Direktorat 
Pemberdayaan IPTEK Olahraga, Dirjen OR, Depdiknas, Jakarta: CV. 
Berdua Satutujuan.

Sutan Zanti dan Syahniar Syahrun, (1993) Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: 
Dirjeb Pend. Tinggi. 

William H. Freeman, 6th ed. (2001) Physical Education and sport in a changing 
society. Boston: Allyn & Bacon.

Wendy Kohli (ed).,(1995) Critical Conversations in Pholosophy of Education. 
New York: Routledge.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS